“Jatuh Cinta
Mendekatkan Ku Pada Allah”
Siang ini
aku menunggu jam mata kuliah terakhir yang tidak lama kemudian aku mendapat
informasi kalau mata kuliah terakhir ini akan digabung dengan kelas lain.
ketika di dalam kelas yang jumlah mahasiswanya lebih dari 60 aku melihat sosok
seorang yang sejak aku masuk kelas hanya dia yang memperhatikan dosen dan
membuka buku. “mungkin dia yang paling pintar di kelas ini” pikirku saat
mencoba menoleh kearahnya.
“Gubrak”
aku menabrak sesuatu dihadapanku membuat semua buku-buku di genggamanku
terjatuh. Saat aku menoleh kearahnya, nampaknya seorang pria tinggi dan berkaos
putih. “hati-hati” ucapnya melepas senyum dari dua belah bibirnya. Aku menatap
wajahnya dalam-dalam, jantungku seakan sejenak terhenti. “kamu gak kenapa-kenapa
kan?” tanyanya menyadarkankan lamunku. “gak kok” balasku sambil mengambil
buku-buku yang terjatuh.
Ku
lanjutkan langkahku. Teringat sosok pria yang ku tabrak tadi, terbayang selalu
ingatan senyum manisnya yang begitu menawan. “ya Allah.. ternyata itu dia”
sejenak langkahku berhenti dan aku baru sadar ternyata pria tadi itu adalah
seseorang yang aku perhatikan di kelas tadi. Perasaanku mulai aneh. Rasanya
ingin sekali mengejarnya untuk mengetahui namanya.
Selamat pagi,
Aku
membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang
akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Sebentar menyalakan laptop,
membuka account twitter kemudian bergegas untuk segera pergi kuliah.
Tiba di
kampus aku menuju kelas yang akan aku masuki untuk jam kuliah pertama. Namun
sebelum menuju kelas harus melewati perpustakaan. Sejenak teringat kejadian
kemarin. Aku berharap bisa bertemu dengan pria kemarin di depan perpustakaan
ini. “Assalamualikum..” ucapan salam dari seorang pria dan ternyata dia adalah
orang yang ku tabrak kemarin.
“Walaikumsalam” balasku
dengan rasa gugup.
“Ada apa yah?” tanyaku.
“Gak kok, kenalkan aku Aldy.
Ini buku kamu kan?” ucap pria itu merapatkan kedua telapak tangannya di dada
sambil memberikan buku.
“ Oh iya itu buku aku.
Kenalkan saya Andira. Kamu bisa panggil aku Dira” jawabku sambil menyulurkan
tanganku.
“Salam kenal” menarik lagi
uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran tanganku karena
mungkin aku bukan muhrim baginya.
“Sudah dulu ya ra, aku harus
masuk kelas sekarang” putusnya berlalu meninggalkanku.
Hatiku
berbunga-bunga, rasanya pagi ini bahagia sekali. Aku seperti mendapat hadiah
terindah karena aku bisa berkenalan dengannya. Aku semakin penasaran dengan
sosok aldy yang membuatku semangat masuk kelas pagi ini.
Saat keluar
kelas aku melihat aldy sedang berbincang dengan temannya. Aldy pun pergi. Aku mengikuti
langkah aldy. Nampaknya ia menuju mushola.
“Dira” sapa Melly
menghampiriku.
“Mau sholat dzuhur?”
“Gak, aku gak bawa mukena”
jawabku.
“Mel, kamu kenal sama Aldy?”
“Oh aldy, dia salah satu
anggota ukm faris di kampus kita. Memangnya ada apa kau tanya aldy?”
“Gak kenapa-kenapa kok. Aku
boleh masuk faris gak?”
“Boleh saja kok, faris
terbuka untuk siapa saja. Kamu datang saja kesini setiap hari kamis jam
sembilan pagi pakai pakaian muslim ya” ujarnya.
“Oh begitu ya, oke deh.
Makasih ya” putusku meninggalkan Melly masuk ke mushola.
Semenjak
Melly memberitahuku untuk datang mengikuti kegiatan faris setiap hari kamis,
aku pun tidak pernah melewati kesempatan untuk datang. Aku semakin dekat dengan
sosok aldy dan bukan hanya itu semenjak aku bergabung dengan kegiatan faris
kini aku mulai rajin melakukan ibadah, dan telah memakai pakaian muslim setiap
pergi ke kampus. Tentunya semua ini aku lakukan atas dasar rasa sukaku dengan aldy.
Dialah yang membuat aku benar-benar berubah. Semakin hari rasa sukaku pada aldy
makin memuncak, ingin segera rasanya aku ungkapkan. Namun apakah aldy akan
menerima cintaku.
Jam istirahat
aku menghampiri aldy yang sedang duduk di lobby sambil membaca buku. Aku
memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya.
“Assalamualaikum aldy. Aku
mau ngomong sesuatu sama kamu” ucapku dengan penuh rasa gugup.
“Walaikumsalam, iya ada apa
ra?”
“Aldy sebelumnya aku minta
maaf kalau aku kurang sopan. Sebenarnya aku mau mengungkapkan perasaanku kalau aku
suka sama kamu. Semenjak aku perhatiin kamu dikelas dan saat pertama aku nabrak
kamu dulu. Dan semua yang aku lakukan ini merupakan cara supaya aku bisa dekat
sama kamu. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah aku karena
selama ini maksud dan tujuannya hanya untuk bisa lebih dekat dengan kamu dan
kamu bisa punya persaan sebaliknya sama aku. Dan apakah kamu mau menerima cinta
aku” jelasku.
“Dira, aku gak percaya dengan
apa yang aku dengar barusan. Kenapa ,kamu harus melakukan semua ini ra”
balasnya seperti tidak percaya.
“Mohon maaf ya ra, aku gak
bisa menerima cinta kamu karena aku sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan
fokus sama kuliah aku”
“Iya al, aku ngerti dan aku
juga tahu kalau selama ini aku salah”
“Gak ada yang salah kok ra.
Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya untuk mendekatkan
kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan dasarkan
ibadahmu karena Allah”
“Iya al, makasih atas semua
bimbingannya selama ini. Al kamu gak akan berhentikan membimbing aku dekat sama
Allah?”
“Insya Allah tidak selama
kamu masih mau belajar” balasnya.
“Iya al, terima kasih”
putusku menghilangkan rasa kecewa.
Sekarang
aku harus belajar untuk melupakan impian perasaan itu, belajar untuk bisa
mejadi lebih baik dan tentunya belajar untuk lebih dekat mencintai Allah.
... Selesai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar